Remaja atau lebih dikenal dengan ABG (Anak Baru Gedhe) memiliki keunikan tersendiri sehingga sering menjadi obyek perbincangan, baik sisi positif maupun negatifnya. Sekalipun remaja memiliki sisi positif, akan tetapi opini yang berkembang tentang remaja lebih mengarah pada sisi negatif. Potret buram remaja semakin terbukti, dengan munculnya data tentang kenakalan remaja, mulai tawuran, aborsi, hingga narkoba.
Seperti pepatah " …. Panas setahun diganti hujan sehari" …… Tentunya, kita sebagai remaja tidak mau mendapat cap buruk terus menerus di tengah-tengah kehidupan ini, oleh karena itu kita harus mengetahui apa sebenarnya yang menyebabkan sampai hal ini terjadi? Dan bagaimana kita mengatasinya?
Kalau kita mengamati pembahasan perilaku remaja dulu hingga sekarang, maka kita akan dapat menyimpulkan bahwa perubahan perilaku seseorang tergantung pada persepsi/pemahaman yang ditentukan oleh informasi dan realitas/ fakta yang mendominasi dalam dirinya. Mereka mendapat informasi melalui media
Tayangan kekerasan juga ikut berpengaruh terhadap karakter emosional seseorang, sebagai salah satu bukti adalah peristiwa pembunuhan terhadap karakter emosional seseorang, sebagai salah satu bukti adalah peristiwa pembunuhan terkenal di Inggris yang menelan yang menelan seorang balita tahun 1993, James Bulger, sang korban, diculik saat ibunya di supermarket, kemudian sang penculik yang begitu terobsesi dengan tayangan kekerasan di TV dan Radio menyeretnya ke rel kereta, menghantamnya dengan bata, balok kayu dan besi, selanjutnya mayat sang bayi yang baru belajar berjalan itu diletakkan di rel tanpa ampun, tubuhnya tertelan dilindas kereta barang, pelakunya, dua bocah umur 10 tahun. Kontan jagat Inggris geger, masyarakat geram, vonispun dijatuhkan kepada keduanya diganjar hukuman tak terbatas buntutnya, hakim menghujat tayangan film dari video game yang menyandang unsur kekerasan yang diduga sebagai pemberi inspirasi kekerasan, kejahatan bagi 2 bocah ingusan tersebut.
Di samping faktor informasi dan fakta yang mendominasi, faktor kesempatan yang luas atau kelonggaran untuk melakukan tindakan maksiyat di tengah-tengah masyarakat, juga ikut berperan dalam meningkatkan kemerosotan moral remaja baik secara kualitas maupun kuantitas. Sikap masyarakat yang cuek dengan para remaja yang berlaku maksiat seakan-akan menjadi
Bagaimana Mengatasinya ?
Remaja yang seharusnya menjadi penerus cita-cita agama dan negaranya seolah-seolah hanya fatamorgana setelah melihat fenomena diatas. Akan tetapi, sikap putus asa bukan jawabannya, melainkan harus diupayakan solusinya. Diantara upaya yang bisa kita lakukan adalah meningkatkan pemahamannya tentang Islam dalam seluruh aspek kehidupannya, dengan kata lain membentuk pola pikir Islam dengan sering mengisi otak dengan informasi Islam, baik lewat membaca atau mengkajinya.
Sedangkan ukuran terbentuknya pola pikir Islam dalam diri remaja adalah kemampuan remaja untuk menilai setiap pemikiran, fakta dan realita serta kejadian berdasarkan standar Islam, kemudian menjadikan pemahamannya sebagai bentuk praktis dalam aktivitasnya, sampai tertanam dalam dirinya pola sikap Islam, yaitu kecenderungan untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu yang berdasarkan Islam. Sehingga remaja akan memiliki kepribadian Islam yang kaffah yang mampu menilai dan menyikapi setiap pemikiran, fakta dan peristiwa atau kejadian yang berkembang di masyarakat (Qs. 2 : 208).
Upaya inI dapat dilakukan, baik oleh remaja yang telah memiliki kesadaran Islam yang tinggi, keluarga dan masyarakat, serta negara secara serentak. Remaja mentranformasikan pemahaman keislaman yang kaffah kepada remaja yang lain, keluarga memberikan perhatian dan suri tauladan kepada remaja dari pelaksanaan nilai-nilai Islam, masyarakat mengambil peran control terhadap pola pola perilaku remaja, dan negara beserta perangkatnya -melalui institusi atau undang-undang beserta sanksi-sanksinya- melaksanakannya dengan tegas dan memberikan sanksi/hukuman terhadap segala bentuk kemaksiatan (segala sesuatu yang bertentangan dengan Islam).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar